Oleh: Penasujinun
Tuhan, kali ini kakiku mulai kehilangan arah, langkah-langkahnya menciptakan darah.
Sempat kuajak ia berbincang perihal pulang, Namun ia lebih memilih diam.
Tuhan, bolehkah aku mengadu?
Bahwa di ujung perdu
Sembuh sibuk berkelahi dengan sendu.
Sedangkan air mata sedari tadi jatuh menyeluruh.
Tuhan, bolehkah aku dikembalikan pada pangkuanmu?
Beritahu aku jalan pintas menujumu Atau biarkan tanganku sendiri membunuhku.
Maaf Tuhan, aku sudah di luar batas ketabahanku.
Ketika duka menawarkan diri menjadi bagian dari hidup.
Aku pun menjelma rela dari rambu-rambu kehilangan.
Dan lahirlah aku sebagai ketiadaan.